Perang Proksi merupakan salah satu manifestasi dari Konflik Dingin yang terjadi antara Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet. Konflik ini tidak terjadi secara langsung antara kedua negara adidaya tersebut, melainkan melalui negara-negara lain yang menjadi medan pertempuran mereka. Artikel ini akan membahas bagaimana Perang Proksi memanas di berbagai belahan dunia, dengan menyoroti beberapa peristiwa sejarah yang menjadi latar belakangnya.
Salah satu akar dari Perang Proksi dapat ditelusuri kembali ke era Kolonisasi Belanda, di mana kekuatan-kekuatan Eropa mulai memperluas pengaruhnya ke seluruh dunia. Persaingan untuk menguasai wilayah dan sumber daya menjadi pemicu awal dari ketegangan yang kemudian berkembang menjadi konflik berskala global.
Peristiwa Runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989 menandai berakhirnya Perang Dingin secara simbolis. Namun, sebelum itu, dunia telah menyaksikan bagaimana kedua blok menggunakan negara-negara lain sebagai medan pertempuran mereka, dari Vietnam hingga Afghanistan.
Di tengah persaingan ini, Persaingan Senjata Nuklir menjadi salah satu aspek yang paling menakutkan. Kedua belah pihak berlomba-lomba untuk mengembangkan senjata pemusnah massal, yang mengancam kehancuran global. Konferensi Yalta menjadi salah satu upaya untuk meredakan ketegangan, meskipun tidak sepenuhnya berhasil.
Perang Proksi juga tidak lepas dari perkembangan teknologi, seperti Terciptanya Internet, yang awalnya dikembangkan untuk keperluan militer. Teknologi ini kemudian menjadi alat propaganda dan spionase yang efektif bagi kedua belah pihak.
Dari Reformasi Protestan hingga Revolusi Oktober, setiap peristiwa sejarah ini memiliki peran dalam membentuk dunia yang kita kenal sekarang. Perang Proksi mungkin sudah berakhir, tetapi warisannya masih dapat kita rasakan hingga hari ini.